Dan Tangismu Itu Pun Biarkan Lepas Bagaikan Gelombang
Ketika Wajah Ceria Mu Berubah Meredup
Ketika Bunga Mawar Merah itu terlihat Layu di Matamu
Ketika Gedung Berwarna Terang Itu Berubah Gelap
Jangan Biarkan Dadamu Meledak
Biarkan Gelombang Tangisan Jiwa Itu Keluar
Biarkan Gelombang Sesak Cinta itu Menemui Hulu Sungai Cinta Hati
KitaKatakan Pada DuniaDunia Ini Yang Tinggal
Hanya Warna Biru Haru Di Hatimu
Wahai Jiwa Jiwa Yang Indah
Tuhan Itu Tahu Kita Ini Hanya berupa Lembaran Tipis Ruh Yang Haus CIntaLembaran Tipis Yang Mudah RobekKetika Dia Yang Kita Cintai Pergi
Lembaran Tipis itu akan segera Lemas
Seolah Kertas Tipis Melepuh di Penuhi Air Mata
Ketika Sebuah Episode Cinta Menjalar Dalam Memori
Jangan Kau Matikan Gambaran Perjalanan Cinta Manusia Dalam Jiwa mu
itu adalah Ilham Tuhan Yang Indah
Biarkan Perjalanan itu Di hiasi Bunga Bunga Air Mata
Seolah kita hanya Bisa Berkata
Tuhan Biarkan Cinta Itu Abadi Dalam Jiwa Kami
Tuhan Ampunilah Kekasih Kami
Dan Tangismu Itu Pun Biarkan Lepas Bagaikan Gelombang
Biar Dunia Tahu Kau Mencintai Kekasihmu Sepenuh Jiwa
Dan Tangismu Itu Pun Biarkan Lepas Bagaikan Gelombang
Biar
Biarkan LepasBagai Gelombang Samudera Cinta Yang Di Dera Angin
Dan Tangismu Itu Pun Biarkan Lepas Bagaikan Gelombang
Dia yang tersenyum Indah Di Haribaan Tuhan
Kau pun Tahu Kini Ia dikelilingi Bunga Bunga Surga Yang MenantiPenuh Cinta Tuhan Yang Terkasih
Dan Tangismu Itu Pun Biarkan Lepas Bagaikan Gelombang
Biar Kita Semua bisa MerasakanBetapa Indah Anugerah Jiwa dan Cinta didalam Dada kita
Dan Tangismu Itu Pun Biarkan Lepas Bagaikan Gelombang
Biar
Biar Puas
Biar Biar kan Jasmani Ini terkulai Lemas
Untuk Sekadar Berteriak
Aku Sayang Engkau Wahai Jiwa Yang Tenang
Kembalilah Kepada Tuhan
Penuh Keridhoan dan Cinta
Dan Tangismu Itu Pun Biarkan Lepas Bagaikan Gelombang
Iringan Doa Terakhir Biarkan Kita Sampaikan Melalui Angin
Melalui Semua Umat Umat Tuhan Di Langit Lepas dan ditepian Samudera
Semoga Tuhan Memberikan Bunga Cinta Nya Padanya
Semoga Tuhan Mau Mendengar Doa Doa Indah Di Dada Kita
Singapore 15 September 2004
Sebuah Puisi Untuk Teman Yang Kehilangan Ayah
Monday, 22 October 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment